Selasa, 31 Agustus 2010

Hikmah I

Kisah Bumi dan Langit 

Adapun terjadinya peristiwa Israk dan Mikraj adalah kerana bumi merasa bangga dengan langit. Berkata dia kepada langit, “Hai langit, aku lebih baik dari kamu kerana Allah S.W.T. telah menghiaskan aku dengan berbagai-bagai negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-tanaman, beberapa gunung dan lain-lain.”
Berkata langit, “Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu kerana matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, ‘arasy, kursi dan syurga ada padaku.”
Berkata bumi, “Hai langit, ditempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik).”
Bumi berkata lagi, “Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari’atnya juga di tempatku.”
Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia mengadap Allah S.W.T dengan berkata, “Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab soalan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau dinaikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga.”
Lalu Allah S.W.T mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah S.W.T memberi wahyu kepada Jibrail A.S pada malam tanggal 27 Rejab, “Janganlah engkau (Jibrail) bertasbih pada malam ini dan engkau ‘Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini.”
Jibrail A.S. bertanya, ” Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?”
Allah S.W.T berfirman, maksudnya, “Tidak, wahai Jibrail. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu.”
Kemudian Jibrail A.S. pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-lenang di taman Syurga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Di antara 40,000 buraq itu, Jibrail A.S. terpandang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibrail A.S. menghampiri buraq itu lalu bertanya, “Mengapa engkau menangis, ya buraq?”
Berkata buraq, “Ya Jibrail, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mahu makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan.”
Berkata Jibrail A.S., “Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu.”
Kemudian Jibrail A.S. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Wallahu’alam.
Buraq yang diceritakan inilah yang membawa Rasulullah S.A.W dalam perjalanan Israk dan Mikraj.

*********************

Mabuk Cinta Kepada Allah 

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahwa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di adapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, “Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya.” Berkata Nabi Isa a.s, Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu.”
Berkata pemuda itu lagi, “Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah.” Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, “Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya Kepada-Mu.” Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ. Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.
Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, “Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu.” Selesai saja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, “Aku ini Isa a.s.”Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, “Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya.”
Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia. 2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia. 3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.
Rasulullah S.A.W telah bersabda, “Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima, lupa kepada yang lima :
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur.”

*************************

Hikmah Berbakti Pada Ibu Bapak

Selain seorang nabi, Sulaiman a.s. juga seorang raja terkenal. Atas izin Allah ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia boleh berdialog dengan segala binatang. Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu. Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. DI sana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman. Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi terlalu heran, “Kubah apakah gerangan ini?” fikirnya. Dengan minta pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya. “Sipakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?” tanya Nabi Sulaiman keheranan. “Aku adalah manusia”, jawab pemuda itu perlahan. “Bagaimana engkau boleh memperolehi karomah semacam ini?” tanya Nabi Sulaiman lagi. Kemudian pemuda itu menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperolehi karomah dari Allah boleh tinggal di dalam kubah dan berada di dasar lautan. Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya ke mana jua dia pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan ibunya selalu mendoakan anaknya. Salah satu doanya itu, ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Semoga anaknya ditempatkan di suatu tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit. “Setelah ibuku wafat aku berkeliling di atas pantai. Dalam perjalanan aku melihat sebuah terbuat dari permata. Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya.” Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman yang dikenali boleh berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu. “Bagaimana engkau boleh hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?” tanya Nabi Sulaiman ingin mengetahui lebih lanjut. “Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal di dalam kubah.” “Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?” “Jika aku merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya yang aku makan. Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu.” “Bagaimana engkau mengetahui perbedaan siang dan malam?” tanya Nabi Sulaiman a.s yang merasa semakin heran. “Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam.” Tuturnya. Selesai menceritakan kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali, dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya. Itulah keromah bagi seorang pemuda yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
 
*************************

FITNAH DAN SUARA WANITA

Sebenarnya tidak ada satu pun agama langit atau agama
bumi, kecuali Islam, yang memuliakan wanita, memberikan
haknya, dan menyayanginya. Islam memuliakan wanita,
memberikan haknya, dan memeliharanya sebagai manusia.
Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan
memeliharanya sebagai anak perempuan.

Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan
memeliharanya sebagai istri. Islam memuliakan wanita,
memberikan haknya, dan memeliharanya sebagai ibu. Dan
Islam memuliakan wanita, memberikan haknya, dan
memelihara serta melindunginya sebagai anggota
masyarakat.

Islam memuliakan wanita sebagai manusia yang diberi
tugas (taklif) dan tanggung jawab yang utuh seperti
halnya laki-laki, yang kelak akan mendapatkan pahala
atau siksa sebagai balasannya. Tugas yang mula-mula
diberikan Allah kepada manusia bukan khusus untuk
laki-laki, tetapi juga untuk perempuan, yakni Adam dan
istrinya (lihat kembali surat al-Baqarah: 35)

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun nash Islam,
baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah sahihah, yang
mengatakan bahwa wanita (Hawa; penj.) yang menjadi
penyebab diusirnya laki-laki (Adam) dari surga dan
menjadi penyebab penderitaan anak cucunya kelak,
sebagaimana disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama.
Bahkan Al-Qur’an menegaskan bahwa Adamlah orang pertama
yang dimintai pertanggungjawaban (lihat kembali surat
Thaha: 115-122).

Namun, sangat disayangkan masih banyak umat Islam yang
merendahkan kaum wanita dengan cara mengurangi
hak-haknya serta mengharamkannya dari apa-apa yang
telah ditetapkan syara’. Padahal, syari’at Islam
sendiri telah menempatkan wanita pada proporsi yang
sangat jelas, yakni sebagai manusia, sebagai perempuan,
sebagai anak perempuan, sebagai istri, atau sebagai
ibu.

Yang lebih memprihatinkan, sikap merendahkan wanita
tersebut sering disampaikan dengan mengatas namakan
agama (Islam), padahal Islam bebas dari semua itu.
Orang-orang yang bersikap demikian kerap menisbatkan
pendapatnya dengan hadits Nabi saw. yang berbunyi:
“Bermusyawarahlah dengan kaum wanita kemudian
langgarlah (selisihlah).”

Hadits ini sebenarnya palsu (maudhu’). Tidak ada
nilainya sama sekali serta tidak ada bobotnya ditinjau
dari segi ilmu (hadits).

Yang benar, Nabi saw. pernah bermusyawarah dengan
istrinya, Ummu Salamah, dalam satu urusan penting
mengenai umat. Lalu Ummu Salamah mengemukakan
pemikirannya, dan Rasulullah pun menerimanya dengan
rela serta sadar, dan ternyata dalam pemikiran Ummu
Salamah terdapat kebaikan dan berkah.

Mereka, yang merendahkan wanita itu, juga sering
menisbatkan kepada perkataan Ali bin Abi Thalib bahwa
“Wanita itu jelek segala-galanya, dan segala kejelekan
itu berpangkal dari wanita.”

Perkataan ini tidak dapat diterima sama sekali; ia
bukan dari logika Islam, dan bukan dari nash.1

Bagaimana bisa terjadi diskriminasi seperti itu,
sedangkan Al-Qur’an selalu menyejajarkan muslim dengan
muslimah, wanita beriman dengan laki-laki beriman,
wanita yang taat dengan laki-laki yang taat, dan
seterusnya, sebagaimana disinyalir dalam Kitab Allah.

Mereka juga mengatakan bahwa suara wanita itu aurat,
karenanya tidak boleh wanita berkata-kata kepada
laki-laki selain suami atau mahramnya. Sebab, suara
dengan tabiatnya yang merdu dapat menimbulkan fitnah
dan membangkitkan syahwat.

Ketika kami tanyakan dalil yang dapat dijadikan acuan
dan sandaran, mereka tidak dapat menunjukkannya.

Apakah mereka tidak tahu bahwa Al-Qur’an memperbolehkan
laki-laki bertanya kepada isteri-isteri Nabi saw. dari
balik tabir? Bukankah isteri-isteri Nabi itu
mendapatkan tugas dan tanggung jawab yang lebih berat
daripada istri-istri yang lain, sehingga ada beberapa
perkara yang diharamkan kepada mereka yang tidak
diharamkan kepada selain mereka? Namun demikian, Allah
berfirman:

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka
(istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir
…”(al-Ahzab: 53)

Permintaan atau pertanyaan (dari para sahabat) itu
sudah tentu memerlukan jawaban dari Ummahatul Mukminin
(ibunya kaum mukmin: istri-istri Nabi). Mereka biasa
memberi fatwa kepada orang yang meminta fatwa kepada
mereka, dan meriwayatkan hadits-hadits bagi orang yang
ingin mengambil hadits mereka.

Pernah ada seorang wanita bertanya kepada Nabi saw.
dihadapan kaum laki-laki. Ia tidak merasa keberatan
melakukan hal itu, dan Nabi pun tidak melarangnya. Dan
pernah ada seorang wanita yang menyangkal pendapat Umar
ketika Umar sedang berpidato di atas mimbar. Atas
sanggahan itu, Umar tidak mengingkarinya, bahkan ia
mengakui kebenaran wanita tersebut dan mengakui
kesalahannya sendiri seraya berkata, “Semua orang
(bisa) lebih mengerti daripada Umar.”

Kita juga mengetahui seorang wanita muda, putri seorang
syekh yang sudah tua (Nabi Syu’aib; ed.) yang berkata
kepada Musa, sebagai dikisahkan dalam Al-Qur’an:

“… Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia
memberi balasan terhadap (kebaikan)-mu memberi minum
(ternak) kami …” (al-Qashash: 25)

Sebelum itu, wanita tersebut dan saudara perempuannya
juga berkata kepada Musa ketika Musa bertanya kepada
mereka:

“… Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)? Kedua
wanita itu menjawab, ‘Kami tidak dapat meminumkan
(ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu
memulangkan (ternaknya), sedangkan bapak kami adalah
orang tua yang telah lanjut usianya.” (al-Qashash: 23)

Selanjutnya, Al-Qur’an juga menceritakan kepada kita
percakapan yang terjadi antara Nabi Sulaiman a.s.
dengan Ratu Saba, serta percakapan sang Ratu dengan
kaumnya yang laki-laki.

Begitu pula peraturan (syariat) bagi nabi-nabi sebelum
kita menjadi peraturan kita selama peraturan kita tidak
menghapuskannya, sebagaimana pendapat yang terpilih.

Yang dilarang bagi wanita ialah melunakkan pembicaraan
untuk menarik laki-laki, yang oleh Al-Qur’an
diistilahkan dengan al-khudhu bil-qaul
(tunduk/lunak/memikat dalam berbicara), sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah:

“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti
wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah
kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah
perkataan yang baik.” (al-Ahzab: 32)

Allah melarang khudhu, yakni cara bicara yang bisa
membangkitkan nafsu orang-orang yang hatinya
“berpenyakit.” Namun, dengan ini bukan berarti Allah
melarang semua pembicaraan wanita dengan setiap
laki-laki. Perhatikan ujung ayat dari surat di atas:

“Dan ucapkanlah perkataan yang baik”
Orang-orang yang merendahkan wanita itu sering memahami
hadits dengan salah. Hadits-hadits yang mereka
sampaikan antara lain yang diriwayatkan Imam Bukhari
bahwa Nabi saw. bersabda:

“Tidaklah aku tinggalkan sesudahku suatu fitnah yang
lebih membahayakan bagi laki-laki daripada (fitnah)
wanita.”

Mereka telah salah paham. Kata fitnah dalam hadits
diatas mereka artikan dengan “wanita itu jelek dan
merupakan azab, ancaman, atau musibah yang ditimpakan
manusia seperti ditimpa kemiskinan, penyakit,
kelaparan, dan ketakutan.” Mereka melupakan suatu
masalah yang penting, yaitu bahwa manusia difitnah
(diuji) dengan kenikmatan lebih banyak daripada diuji
dengan musibah. Allah berfirman:

“… Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) ….”
(al-Anbiya: 35)

Al-Qur’an juga menyebutkan harta dan anak-anak – yang
merupakan kenikmatan hidup dunia dan perhiasannya -
sebagai fitnah yang harus diwaspadai, sebagaimana
firman Allah:

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu)…” (at-Taghabun: 15)

“Dan ketabuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan …” (al-Anfal: 28)

Fitnah harta dan anak-anak itu ialah kadang-kadang
harta atau anak-anak melalaikan manusia dari kewajiban
kepada Tuhannya dan melupakan akhirat. Dalam hal ini
Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi.” (al-Munaafiqun: 9)

Sebagaimana dikhawatirkan manusia akan terfitnah oleh
harta dan anak-anak, mereka pun dikhawatirkan terfitnah
oleh wanita, terfitnah oleh istri-istri mereka yang
menghambat dan menghalangi mereka dari perjuangan, dan
menyibukkan mereka dengan kepentingan-kepentingan
khusus (pribadi/keluarga) dan melalaikan mereka dari
kepentingan-kepentingan umum. Mengenai hal ini
Al-Qur’an memperingatkan:

“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya diantara
istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka …”
(at-Taghabun: 14)

Wanita-wanita itu menjadi fitnah apabila mereka menjadi
alat untuk membangkitkan nafsu dan syahwat serta
menyalakan api keinginan dalam hati kaum laki-laki. Ini
merupakan bahaya sangat besar yang dikhawatirkan dapat
menghancurkan akhlak, mengotori harga diri, dan
menjadikan keluarga berantakan serta masyarakat rusak.

Peringatan untuk berhati-hati terhadap wanita disini
seperti peringatan untuk berhati-hati terhadap
kenikmatan harta, kemakmuran, dan kesenangan hidup,
sebagaimana disebutkan dalam hadits sahih:

“Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku takutkan atas
kamu, tetapi yang aku takutkan ialah dilimpahkan
(kekayaan) dunia untuk kamu sebagaimana dilimpahkan
untuk orang-orang sebelum kamu, lantas kamu
memperebutkannya sebagaimana mereka dahulu
berlomba-lomba memperebutkannya, lantas kamu binasa
karenanya sebagaimana mereka dahulu binasa karenanya.”
(Muttafaq alaih dari hadits Amr bin Auf al-Anshari)

Dari hadits ini tidak berarti bahwa Rasulullah saw.
hendak menyebarkan kemiskinan, tetapi beliau justru
memohon perlindungan kepada Allah dari kemiskinan itu,
dan mendampingkan kemiskinan dengan kekafiran. Juga
tidak berarti bahwa beliau tidak menyukai umatnya
mendapatkan kelimpahan dan kemakmuran harta, karena
beliau sendiri pernah bersabda:

“Bagus nian harta yang baik bagi orang yang baik” (HR.
Ahmad 4:197 dan 202, dan Hakim dalam al-Mustadrak 2:2,
dan Hakim mengesahkannya menurut syarat Muslim, dan
komentar Hakim ini disetujui oleh adz-Dzahabi).

" Arti Sebuah Cinta "

                                                                 Arti Sebuah Cinta

penulis Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi
Syariah Aqidah.


Cinta bisa jadi merupakan kata yg paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yg bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita harta anak kendaraan rumah dan berbagai keni’matan dunia lain merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yg paling tinggi dan mulia adl cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.
Kita sering mendengar kata yg terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakan namun sulit utk mendefinisikannya. Terlebih utk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu seseorang dgn gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dgn gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan “Kami sama-sama cinta suka sama suka.” Karena alasan cinta seorang bapak membiarkan anak-anak bergelimang dlm dosa. Dengan alasan cinta pula seorang suami melepas istri hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.
Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tdk lagi menjadi tolok ukur. dlm keadaan seperti ini setan tampil mengibarkan bendera dan menabuh genderang penyesatan dgn mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yg dilarang Allah dan Rasul-Nya Muhammad. Allah  berfirman:
“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yg diingini yaitu: wanita-wanita anak-anak harta yg banyak dari jenis emas perak kuda pilihan binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yg baik.”
Rasulullah  dlm hadits dari shahabat Tsauban mengatakan: ‘Hampir-hampir orang2 kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumun di atas sebuah tempayan.’ Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit?’ Rasulullah berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan campakkan ke dlm hati kalian al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yg dimaksud dgn al-wahn wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab: ‘Cinta dunia dan takut mati.’
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di dlm tafsir mengatakan: “Allah memberitakan dlm dua ayat ini tentang keadaan manusia kaitan dgn masalah lbh mencintai kehidupan dunia daripada akhirat dan Allah menjelaskan perbedaan yg besar antara dua negeri tersebut. Allah memberitakan bahwa hal-hal tersebut dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkan di dlm hati-hati mereka semua berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikan sebagai tujuan terbesar dari cita-cita cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adl perhiasan yg sedikit dan akan hilang dlm waktu yg sangat cepat.”

Definisi Cinta
Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit krn tdk bisa dijangkau dgn kalimat dan sulit diraba dgn kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tdk bisa didefinisikan dgn jelas bahkan bila didefinisikan tdk menghasilkan melainkan menambah kabur dan tdk jelas definisi adl ada cinta itu sendiri.”

Hakikat Cinta
Cinta adl sebuah amalan hati yg akan terwujud dlm lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dgn apa yg diridhai Allah mk ia akan menjadi ibadah. Dan sebalik jika tdk sesuai dgn ridha-Nya mk akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adl ibadah hati yg bila keliru menempatkan akan menjatuhkan kita ke dlm sesuatu yg dimurkai Allah yaitu kesyirikan.

Cinta kepada Allah
Cinta yg dibangun krn Allah akan menghasilkan kebaikan yg sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dlm Madarijus Salikin berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:

“Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah mk ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian.”
Mereka berkata: “ ‘Niscaya Allah akan mencintai kalian’ ini adl isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda adl mengikuti Rasulullah faidah dan buah adl kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tdk mengikuti Rasulullah mk kecintaan Allah kepada kalian tdk akan terwujud dan akan hilang.”
Bila demikian keadaan mk mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. Rasulullah bersabda dlm hadits yg diriwayatkan dari Anas bin Malik :
“Tiga hal yg barangsiapa ketiga ada pada diri niscaya dia akan mendapatkan manis iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lbh ia cintai daripada selain kedua dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintai melainkan krn Allah dan hendaklah dia benci utk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci utk dilemparkan ke dlm neraka.”
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab ada cinta ada sepuluh perkara:
Pertama membaca Al Qur’an menggali dan memahami makna-makna serta apa yg dimaukannya.
Kedua mendekatkan diri kepada Allah dgn amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.
Ketiga terus-menerus berdzikir dlm tiap keadaan.
Keempat mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolak nafsu.
Kelima hati yg selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah menyaksikan dan mengetahuinya.
Keenam menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala ni’mat-Nya.
Ketujuh tunduk hati di hadapan Allah.
Kedelapan berkhalwat bersama-Nya ketika Allah turun .
Kesembilan duduk bersama orang2 yg memiliki sifat cinta dan jujur.
Kesepuluh menjauhkan segala sebab-sebab yg akan menghalangi hati dari Allah.

Cinta adl Ibadah
Sebagaimana telah lewat cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yg memiliki kedudukan tinggi dlm agama sebagaimana ibadah-ibadah yg lain. Allah  berfirman:

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dlm hatimu.”
“Dan orang2 yg beriman lbh cinta kepada Allah.”
“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yg Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.”
Adapun dalil dari hadits Rasulullah adl hadits Anas yg telah disebut di atas yg dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lbh dia cintai daripada selain keduanya.”

Macam-macam cinta
Di antara para ulama ada yg membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yg membagi menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dlm kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid menyatakan bahwa cinta ada empat macam:
Pertama cinta ibadah.
Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yg dicintai-Nya dgn dalil ayat dan hadits di atas.
Kedua cinta syirik.
Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah berfirman:

“Dan di antara manusia ada yg menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.”
Ketiga cinta maksiat.
Yaitu cinta yg akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yg diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yg diperintahkan-Nya. Allah berfirman:

“Dan kalian mencintai harta benda dgn kecintaan yg sangat.”
Keempat cinta tabiat.
Seperti cinta kepada anak keluarga diri harta dan perkara lain yg dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah  berfirman:

“Ketika mereka berkata: ‘Yusuf dan adik lbh dicintai oleh bapak kita daripada kita.”
Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban mk berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lbh cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih mk cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.

Buah cinta
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah  mengatakan: “Ketahuilah bahwa yg menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta takut dan harapan. Dan yg paling kuat adl cinta dan cinta itu sendiri merupakan tujuan krn akan didapatkan di dunia dan di akhirat.”
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di  menyatakan: “Dasar tauhid dan ruh adl keikhlasan dlm mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabb juga sempurna.”
Bila kita dita bagaimana hukum cinta kepada selain Allah? mk kita tdk boleh mengatakan haram dgn spontan atau mengatakan boleh secara global akan tetapi jawaban perlu dirinci.
Pertama bila dia mencintai selain Allah lbh besar atau sama dgn cinta kepada Allah mk ini adl cinta syirik hukum jelas haram.
Kedua bila dgn cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dlm maksiat mk cinta ini adl cinta maksiat hukum haram.
Ketiga bila merupakan cinta tabiat mk yg seperti ini diperbolehkan.


Wallahu a’lam.

Mutiara Peradaban Islam II

 Jubah Surga Bidadari Shalihah

Sahabatkufillah, hiasilah paras cantikmu dengan balutan jilbab

-Setetes Embun Surga nan Menitiki Bumi-
“Salam, salam terindah para penghuni langit untuk bidadari dunia yang mengenakan ’jubah keimanan, ketakwaan, dan keqanaahan (jilbab).
Salam penghuni surga untuk pesona yang memendar dalam balutan jubah langit (jilbab).
Salam cemburu bidadari langit, atas terbungkusinya pendar auratmu.”
-Sebagai Pengingat Jiwa-
Setetes tinta kata, segumam desah taushiyah pengingat (nasihat) takkan memengaruhi jiwa, pabila jiwa dan akal insan masih berkuasa di hatinya sebagai pembenaran semua perbuatannya (akal sebagai standar hukum), akal inilah yang disusupi sifat licik dari asy syaithan (kebatilan, kebodohan) ia ’kan selalu mengajak dan memurukkan manusia untuk senantiasa menuju jalan kekeliruan yang menjauhkan manusia ke setapak jalan Ilahi dan menjatuhkan manusia ke dalam lembah kenistaan.
Sejatinyalah, potensi akal manusia ialah ’tuk memahami dan mencerapi Ayat-ayat Langit (AlQur’an) baik Ayat kawliyyah (perkataan, termaktub dalam Al Qur’an) dan maupun ayat kawniyyah (fenomena keindahan semesta alam, hidup, dan kehidupan) dan yang mengikuti petunjuk hidup Rasulullah saw (As Sunnah) baik Qauli (perkataan), Fi’li (perbuatan) dan Taqrir (diamnya Nabis saw).
Terkemudian, setelah akal tunduk kepada Kitabullah (AlQuran) dan As Sunnah, insya Allah, cahayawi iman akan menyilau, merasuk, dan menyemikan kuncup bunga cinta di taman fithrah manusia.
Dan tersungguhlah, cahayawi petunjukNya takkan termampu menyentuh bilik jiwa, pabila manusia masih ternaungi sifat sombong dengan kebenaran yang datang dari Allah, cahaya taufikNya pun enggan dan takkan meluruh turun ke bumi pabila manusia masih meng-agung-agungkan akalnya.
Lisan tersuci Rasulullah saw:. bertutur,
”…Kesombongan itu adalah penolakan terhadap kebenaran dan pamer terhadap manusia.” (HR Muslim, Abu Daud dan at Tarmidzi)
Sungguh, begitu beruntunglah insan yang memercayai isi dan kandungan AlQur’an. Inilah sebuah Kitab (AlQur’an) sebagai KOMPAS (pegangan) arah hidup dan juga pegangan jiwa dalam mengarungi bahtera kehidupan yang tersementara, bagi setiap muslim di muka semesta raya.
Sungguh! Menanglah, selamatlah, dan berbinarlah senyum manusia kelak di Hari Akhir, manakala AlQuran telah menjadi jalan dan bahagian detak nafas hidupnya.
-Tetaplah Menjadi Bidadari yang Tercantik di Hatiku-
Kecantikan paras bukanlah untuk ditebarpesonakan kepada manusia yang belum memiliki hak untuk melihat dan menikmatinya (suami).
Pesona paras adalah nikmat, rakhmat dan anugerah terindah Allah yang harus dijagai dengan kesucian hati. Hingga, menanti dengan degub-degub penantian hati, siapakah sesosok pangeran jiwa yang akan melongok beranda hati dan taman cinta fithrahmu?? Tentunya sesudah akad dan ijab qabul nikah terdesah. Ia-lah (suami) yang berhak menikmati pesona kecantikanmu (mengecup wanginya aroma) sang bidadari shalihah.
Ialah yang berhak mencintamu dengan ketulusan jiwanya. Inilah cinta tersuci itu, cinta nan dibaluti ridha ilahi. Cinta yang memuara oleh kerinduan ’tuk mereguk pahalaNya. Bukan cinta fashiyan (cinta merusak yang dimurkaiNya).
Kecantikan sejati, adalah pesona akhlak jiwa yang membias oleh sikap pasrah akan perintahNya dan berlari engah menjauh dari apa-apa yang dilarangNya.
-Secarik Kain yang Menebarkan Pesona-
Sebutlah ia dengan Kerudung Surga
Allah swt. Berfirman:
”Dan hendaklah mereka (perempuan beriman) menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS an Nuur 31)
Ada dua hikmah yang bisa dipetik buah ilmu dari ayat di atas:
Pertama: bahwa leher dan dada adalah aurat wanita yang wajib ditutupi.
Kedua: bahwa wajiblah hukumnya menutupkan/mengulurkan kain kerudung ke atas leher dan dada. Jadi, kerudung tidak hanya menutupi dan berfungsi sebagai penutup kepala, namun sekaligus juga menutupi leher dan dada itu.
Sebagai catatan kecil di bilik ilmu:
Kerudung tidak boleh diikatkan ke belakang (kerudung gaul ala artis dan para Ustdzah di TV). Kerudung harus memfungsikan dirinya sebagai penutup leher dan dada.
-Jilbab Muslimah Perindu Surga-
Lho, apa bedanya Kerudung dan Jilbab, Sih?
Definisi kerudung sudah tertulis di atas, berkenankah Ukhti membacanya?
Sedang Jilbab, ialah: Milfahah (baju kurung yang longgar atau gamis yang tidak tipis/tidak tembus pandang) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Plus dengan kaus kakinya (karena yang boleh tampak hanyalah pesona muka dan telapak lembut jemarinya wanita).
Dalam kamus ash-Shihhah, al Jawhari menyatakan:
”Al jilbabu al milfahatu waqiila al mulaah”
”Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milfahah) yang sering disebut mula’ah (baju kurung/gamis)”
Dari Ibn Abbas ra. Menyatakan:
”Jilbab adalah kain luar yang berfungsi untuk menutupi (pakaian keseharian wanita) dari atas sampai bawah.”
”Janganlah mereka (perempuan beriman/mukminah) menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak pada dirinya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS an Nuur 31)
”Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS Al Ahzab 59)
Dari ’Aisyah ra. Rasullullah saw, mensabdakan,
”Keponakan perempuanku pernah masuk ke ruanganku seraya bersolek. Rasulllah saw. Kemudian masuk pula ke ruanganku sambil berpaling (memalingkan muka). Aku lantas berkata, ”Wahai Rasulullah, ia adalah keponakan perempuanku, dan ia masih kecil.” akan tetapi Rasulullah saw. Bersabda, ”Jika seorang wanita telah mengalami haid, ia tidak boleh menampakkan tubuhnya, kecuali wajah dan ini, ”Beliau berkata demikian sambil menggenggam tangannya dan membiarkan jari-jemarinya saling menggenggam satu sama lain.” (HR Abu Bakar)
Tersimpulkan benang suci hikmah, bahwa:
1. Muslimah, diwajibkan untuk mengenakan kerudung (yang menutupi leher hingga bawah dadanya) dan mengenakan jilbab/milfahah yang menutupi tubuhnya kecuali, wajah dan telapak tangannya. Wajah dan telapak tangan wanita bukanlah aurat, oleh karena itu, seorang wanita boleh keluar menuju pasar (bekerja di kantor) atau berjalan di tempat umum atau menuju tempat mana pun dengan menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya.
2. Muslimah dikenakan taklif (beban hukum) untuk mengenakan jilbab dan kerudung pabila ia telah keluar darah haid/menstruasi (dewasa). Perkara wajib ini pabila ditinggalkan oleh mukminah, ia kelak akan dikenai azab di Akhirat. Lebih berat lagi, setelah ia mengetahui hukum wajib mengenakan jilbab dan kerudung, tapi ia menunda-nunda untuk melaksanakan kewajiban itu. Entah, dengan alasan tempat kerja, tidak nyaman, malu, ingin mengenakannya kalau sudah ber-haji, hanya bercita-cita ’kan mengenakan jilbab kalau sudah taubat (lha emang kamu tahu kapan Malaikat Izrail mengetuk ruhmu??? Lha kalau ia menjemputmu malam ini, bagaimana? Dan kebetulan kamu belum berjilbab dan berkerudung sesuai syar’i? Apa alasanmu kelak di hadapan Allah Azza wa Jalla???
3. Kerudung (khimar) tidak boleh diikat ke belakang, seperti kerudung gaul ala artis dan para ustadzah di TV. Karena kerudung bukan untuk ditebarpesonakan untuk orang. Jika diikat ke belakang leher, lalu apa fungsi mengenakan kerudungnya itu?
4. Bidadari shalihah (mukminah) yang mengenakan jilbab, ia tetap bisa menuntut ilmu (belajar) atau pun bekerja (meraup rizki nan halal) pun meski ia mengenakan kerudung dan jilbab. Tidak ada satu pun ayat dalam AlQur’an yang memaktubkan dan menyebutkan bahwa wanita dengan berkerudung dan berjilbab, tidak boleh bekerja (di kantor), ke pasar (belanja) atau ke kampus, sekolah (belajar).
5. Mengenakan jilbab dan kerudung bukan untuk ber-tabarruj (memamerkan diri) jenis, kain, modelnya. Tapi, berkerudung dan berjilbab adalah untuk mentaati seruan Allah swt.
6. Jilbab dan kerudung tidak boleh tipis (transparan) yang bisa memerlihatkan lekuk dan bentuk tubuh dan kulit mulus wanita.
7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki (sudah jelas jilbab berbeda pengertiannya dengan pakaian lakilaki)
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw mensabdakan:
”Rasulullah saw. Melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR Abu Dawud)
Dari Abdullah Ibn Amru, Rasulullah saw. Bertutur:
”Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupai wanita.” (HR Ahmad)
8. Tidak berwarna mencolok (misal, merah cerah/menyala) yang bisa menarik perhatian laki-laki atau orang.
9. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
Ali ra, berkata:
”Janganlah kalian memakai pakaian para pendeta, karena barangsiapa mengenakan pakaian mereka atau menyerupakan diri dengan mereka, bukan dari golonganku.” (At Thabrani)
10. Dipakai bukan untuk memamerkan diri (riya’). Niat bersih mengenakan jilbab dan kerudung, hanya karena Allah semata dan untuk meraup langit ridhaNya.
11. Tidak diperkenankan dilumuri wewangian (parfum).
Dari Abu Hurairah,
”Bahwasannya seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian menerpanya. Maka Abu Hurairah berkata: ”Wahai hamba Allah! Apakah kamu hendak ke masjid?” ia menjawab: ”YA!” Abu Hurairah kemudian berkata lagi: ”Pulanglah, lalu mandilah karena sesungguhnya aku telah mendengar rasulullah saw. Bersabda: Jika wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangiannya mengembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi (baru kemudian shalat ke masjid).” (HR Al Baihaqi)
Dari Abu Musa Al Asy’ari, Rasulullah saw. Mensabda:
”Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.”
(HR an Nasai)
Tentu saja hadits ini bukan untuk pembenaran, bahwa kaum wanita tidak boleh melumuri tubuh dan pakaiannya, berias diri dan mewangikan tubuhnya. Seruan hukumNya ini adalah khusus untuk mukminah yang keluar dari rumah (kerja, belajar, shopping). Pun ia masih bisa mengenakan deodoran (yang tak berbau/berbau netral) untuk menghilangkan aroma keringatnya. Larangan melumuri wewangian ini biasanya dipelintir oleh kaum aktivis jender untuk menyerang Islam, mereka berteriak-teriak dengan muka gila, bahwa Islam itu jorok, Islam itu tak memerhatikan kebersihan wanita. Islam itu terlalu kolot.
Dalam kehidupan khusus (di rumah) mukminah malahan di anjurkan untuk merias dirinya secantik bidadari, memakai wewangian terharum yang dipunyai, berlulur, mandi susu, mandi madu, asal tidak mandi arak saja he-he-he. Bersoleklah sekelas dan semolek Dian Sastrowardoyo, seanggun Luna Maya, selincah Sandra Dewi dll. Tapi, ini hanya ’terkhusus’ dan ’tersembahkan’ untuk sang suami tercintah, agar kuncup cinta di antara suami isteri selalu merekah dan menyemi dengan kecupan barakahNya. Nah, Islam itu indah, bukan??
Sedangkan wewangian untuk pria. Hukumnya sunnah, karena ini mengikuti perilaku Nabi saw. yang menyukai wewangian. Sebagai catatan, parfumnya tidak boleh atau ’diharamkan’ mengandung alkohol. Jangan jadikan ini sebagai alasan perbedaan hukum, jender, bahwa Islam itu tak adil (diskriminatif).
Dari Anas ra. Rasulullah mensabda:
”Rasulullah saw. Bersabda, ’Inilah antara kesenangan-kesenangan duniawi yang saya sukai, yaitu wanita dan wangi-wangian, sedangkan ketenanganku terletak pada kala mengerjakan shalat.”
(HR Ahmad dan an Nasai)
Dari Abu Sai’d ra.
”Nabi saw. Memberikan komentar mengenai minyak wangi kesturi. Kata beliau’ Ia adalah wangi-wangian yang terbaik.”
(HR Jama’ah kecuali Bukhari dan Ibnu Majah)
12.Bukan untuk mencari popularitas (libas Syuhroh). Memakai jilbab bukan untuk mencari rizki, atau supaya terkenal dengan pakaian berbeda. Tapi, ini sematalah sebentuk cintamu untuk taat perintahNya.
Kenapa sih engkau harus mengenakan Jilbab?
1. Untuk meredam daya tarik tubuh wanita yang memang luarbiasa memesona pria.
2. Jilbab dan kerudung adalah resep sederhana dan untuk mengangkat derajat wanita menjadi permata mulia di mata Allah.
”Hendaklah kamu mengulurkan jilbabmu ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu…” (QS Al Ahzab 59)
3. Simbol penghambaan diri sosok muslimah kepada Allah swt (pantulan cermin takwa dan iman).
4. Menjagai hal-hal yang tidak diinginkan (pelecehan seksual, pemerkosaan) lirikan para pria bermata binal.
5. Sebagai pembeda antara Muslimah dan wanita kafir.
Sebagai Catatan Pengukuh Jiwa:
Jilbab dan kerudung hanya dikenakan di dalam kehidupan umum (interaksi sosial di luar rumah) seperti kala mau ke kantor (bekerja), ke kampus, sekolah (belajar) belanja atau shopping (muamalah).
Sedang dalam kehidupan khusus (di dalam rumah) wanita muslimah hanya dikenai kewajiban untuk menutup aurat, ada ketentuan bahwa, seorang wanita hidup bersama wanita atau bersama laki-laki mahram-nya (yang haram dinikahi), wanita ini terboleh untuk menampakkan bagian anggota tubuh di tempat melekatnya perhiasan.
Sebagai Cermin nan Membiaskan Seberkas Cahaya Iman:
Inilah keindahan pesona Islam…
Islam tak pernah memasung wanita di gubuk derita dan derai kesunyian seperti ujaran kaum feminis Barat (Fatimah Mernisi, Aminah Wadud) dan juga para pengasongnya di Indonesia (aktivis jender, Siti Musdah Mulia, Sinta Nuriyah Wahid, Djenar Maesa Ayu) yang mencobai menjauhkan kaum muslimah jauh dari ajaran Islamnya nan sempurna dan paripurna.
Mereka (aktivis jender) dengan dalil-dalil akalnya adalah sesosok ’berwajah, berotak setan’ namun berujud manusia, yang mencoba merusak pemikiran muslimah, karena mereka tahu dalam Islam, muslimah adalah:
”Laksana sebuah tiang negeri!”
Hm, sungguh gelar yang begitu terhormat dan terindah bagi wanita.
Ehm, sungguh mulia-lah para wanita di hadapan Islam.
Jika ingin melihat negeri itu barakah, lihatlah wanitanya. Apabila wanitanya baik (taat perintah Allah) memakai jilbab dan kerudung, patuh kepada suami, mencari rizki nan halal maka, baiklah negeri itu, full barakahlah sebuah negeri itu.
Tapi, manakala wanitanya telah rusak, suka minum bir, tequilla, margarita cokctail, kala malam istiqomah dugem di cafe, Night Club, pacaran menjadi kebiasaan (pergaulan bebas) lihatlah kerusakan dan tunggulah saja azab (murka) Allah akan menimpa dan turun ke negeri itu dengan membadai melalui tangan KuasaNya, seperti, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir. Itulah peringatan (ayat-ayat langitNya) agar manusia kembali ke fithrah aslinya (iman).
-Agar Engkau Ingat dengan Janji Rindumu Dulu-
Inilah sumpah rindusetia-mu:
Kutuliskan pabila engkau lupa atau melupainya:
“Dan ingatlah manakala Tuhanmu mengeluarkan anak cucu Adam dari tulang-tulang belakang mereka, dan dijadikan-Nya mereka saksi atas diri-diri mereka: “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Mereka berkata:”Betul, kami menyaksikan”. (Al A’raf 172)
Seiring berputarnya sang waktu, engkau pun lupa atau entah melupa,
Akan janji rindu dan sumpah setia kepada-Nya
Hingga lisan indah Rasullah saw. mensabdakan: Dari Ibnu Abbas r.a., “Sesungguhnya manusia disebut insan,
karena ia telah berjanji kepada-Nya lalu ia lupa (nasiya).”
Sahabatkufillah, sang Bidadari Shalihah!
Berkenankah engkau, pabila engkau terlupa dengan janji rindu setiamu dulu, kini engkau memerbaiki diri, kembali menata janji hati, tuk mengecup ridha Ilahi???
“Tak ada kata terlambat pabila jantung masih berdetak,
nafas masih terembus
dan nadi masih mendenyut-denyut.
Usapilah karat dosa dengan derai airmata taubat nasuha
(taubat sesungguhnya)
Sungguh, pintu maafNya, lebih luas dari langit dan bumiNya
Pun meski dosa manusia laksana buih-buih di lautan.”
“Ehem, nasi belumlah menjadi bubur,
tanaklah ia dengan keimanan,
hiasilah dengan garnish ketakwaan
masaklah dengan api ketawadhu-an
dan bumbuilah ia dengan:
kelezatan pesona JILBAB dan KERUDUNGMU”
Inilah pinta doaku,
Sosok sahabatmu
Yang namanya tak pernah terlukis di benakmu
Tak terbayang dalam imajimu
Tak terukir di keping hatimu
Tapi, ia ada, ia sungguh ada
Ia selalu menjagaimu
”Karena ia cinta kepada saudarinya”
Begitulah, sebentuk cinta sesama muslim
Bukan cinta semu di ranah imaji belaka
Hanya satu pinta, hanya satu, Kok
Berkenankah engkau meluluskannya???
”Ukhti! Menjadilah Bidadari Shalihah
dengan pesona kerudung dan jilbabmu!”
”Sebagai Pengingat, bahwa
’Bidadari begitu Cemburu’ Padamu!
Agar engkau dinaungi Semangat”
Terkesankan dan bergemetargemuruhlah dinding jiwaku, kala kusesap dan kuteguki sebuah hadits indah dari Ummu Salamah radhiyallahu anha;
Berkenankah engkau membacanya, meresapinya???
”Saya bertanya, Duhai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?
Lisan suci dan agung itupun bertutur menjawab,”Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya,”Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab,”Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata,’Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya’.” (Hr. Ath-Thabrani)
Aha!
Sungguh membahagialah sang Bidadari dunia itu.
Kamu termasuk kah???..
Sungguh tercemburuilah bidadari tujuh lapis langit-Nya untukmu.
”Sesapan Madu di Akhir Perjamuan”
Tulisan ini bukanlah termaksud untuk mengadili,
atau menjustifikasi siapa pun.
Tulisan ini hanyalah sebuah cermin jiwa,
ia akan memantul pabila hati telah tersentuh oleh semilir sepoi angin Rahman-Nya
dan selembut hangat kecupan Rahim-Nya.
Ia kan menyentuh jiwa para perindu Rabb-nya
Ia kan memantul dengan pesona baru: Bidadari Shalihah
Tulisan ini hanyalah sebagai alarm pengingat,
bahwa nafas manusia ada keterbatasan,
dan manusia mana pun tak kan tahu kapan jemputan maut (malaikat Izrail) itu akan mengetuk pintu rumahmu (mencabut ruhmu).
Persiapkanlah hari abadi itu dengan amalan dan bekal,
seluas samudra
setinggi gunung Himalaya,
agar kita kelak selamat
dan menikmati secawan madu segar murni nikmat
di Taman FirdausNya nan abadi dan melezat
Pun jika, engkau kelak mengenakan kerudung dan jilbab
Itu bukanlah terkarenakan oleh tulisan ini
Tapi, ada sepercik cahayawi hidayah imaniNya
Yang meluruh turun ke bumi
Menyirami bumi fithrahmu
Menyemaikan kuncup bunga cintamu untukNya
Waallahu a’lam bi ash- shawab
(hanya Allah sajalah nan mahatahu dan mahabenar)
Allaahu Muwaffiq
(hanya Allah sajalah nan mahamemberi petunjuk)