Selasa, 31 Agustus 2010

Mutiara Peradaban Islam II

 Jubah Surga Bidadari Shalihah

Sahabatkufillah, hiasilah paras cantikmu dengan balutan jilbab

-Setetes Embun Surga nan Menitiki Bumi-
“Salam, salam terindah para penghuni langit untuk bidadari dunia yang mengenakan ’jubah keimanan, ketakwaan, dan keqanaahan (jilbab).
Salam penghuni surga untuk pesona yang memendar dalam balutan jubah langit (jilbab).
Salam cemburu bidadari langit, atas terbungkusinya pendar auratmu.”
-Sebagai Pengingat Jiwa-
Setetes tinta kata, segumam desah taushiyah pengingat (nasihat) takkan memengaruhi jiwa, pabila jiwa dan akal insan masih berkuasa di hatinya sebagai pembenaran semua perbuatannya (akal sebagai standar hukum), akal inilah yang disusupi sifat licik dari asy syaithan (kebatilan, kebodohan) ia ’kan selalu mengajak dan memurukkan manusia untuk senantiasa menuju jalan kekeliruan yang menjauhkan manusia ke setapak jalan Ilahi dan menjatuhkan manusia ke dalam lembah kenistaan.
Sejatinyalah, potensi akal manusia ialah ’tuk memahami dan mencerapi Ayat-ayat Langit (AlQur’an) baik Ayat kawliyyah (perkataan, termaktub dalam Al Qur’an) dan maupun ayat kawniyyah (fenomena keindahan semesta alam, hidup, dan kehidupan) dan yang mengikuti petunjuk hidup Rasulullah saw (As Sunnah) baik Qauli (perkataan), Fi’li (perbuatan) dan Taqrir (diamnya Nabis saw).
Terkemudian, setelah akal tunduk kepada Kitabullah (AlQuran) dan As Sunnah, insya Allah, cahayawi iman akan menyilau, merasuk, dan menyemikan kuncup bunga cinta di taman fithrah manusia.
Dan tersungguhlah, cahayawi petunjukNya takkan termampu menyentuh bilik jiwa, pabila manusia masih ternaungi sifat sombong dengan kebenaran yang datang dari Allah, cahaya taufikNya pun enggan dan takkan meluruh turun ke bumi pabila manusia masih meng-agung-agungkan akalnya.
Lisan tersuci Rasulullah saw:. bertutur,
”…Kesombongan itu adalah penolakan terhadap kebenaran dan pamer terhadap manusia.” (HR Muslim, Abu Daud dan at Tarmidzi)
Sungguh, begitu beruntunglah insan yang memercayai isi dan kandungan AlQur’an. Inilah sebuah Kitab (AlQur’an) sebagai KOMPAS (pegangan) arah hidup dan juga pegangan jiwa dalam mengarungi bahtera kehidupan yang tersementara, bagi setiap muslim di muka semesta raya.
Sungguh! Menanglah, selamatlah, dan berbinarlah senyum manusia kelak di Hari Akhir, manakala AlQuran telah menjadi jalan dan bahagian detak nafas hidupnya.
-Tetaplah Menjadi Bidadari yang Tercantik di Hatiku-
Kecantikan paras bukanlah untuk ditebarpesonakan kepada manusia yang belum memiliki hak untuk melihat dan menikmatinya (suami).
Pesona paras adalah nikmat, rakhmat dan anugerah terindah Allah yang harus dijagai dengan kesucian hati. Hingga, menanti dengan degub-degub penantian hati, siapakah sesosok pangeran jiwa yang akan melongok beranda hati dan taman cinta fithrahmu?? Tentunya sesudah akad dan ijab qabul nikah terdesah. Ia-lah (suami) yang berhak menikmati pesona kecantikanmu (mengecup wanginya aroma) sang bidadari shalihah.
Ialah yang berhak mencintamu dengan ketulusan jiwanya. Inilah cinta tersuci itu, cinta nan dibaluti ridha ilahi. Cinta yang memuara oleh kerinduan ’tuk mereguk pahalaNya. Bukan cinta fashiyan (cinta merusak yang dimurkaiNya).
Kecantikan sejati, adalah pesona akhlak jiwa yang membias oleh sikap pasrah akan perintahNya dan berlari engah menjauh dari apa-apa yang dilarangNya.
-Secarik Kain yang Menebarkan Pesona-
Sebutlah ia dengan Kerudung Surga
Allah swt. Berfirman:
”Dan hendaklah mereka (perempuan beriman) menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS an Nuur 31)
Ada dua hikmah yang bisa dipetik buah ilmu dari ayat di atas:
Pertama: bahwa leher dan dada adalah aurat wanita yang wajib ditutupi.
Kedua: bahwa wajiblah hukumnya menutupkan/mengulurkan kain kerudung ke atas leher dan dada. Jadi, kerudung tidak hanya menutupi dan berfungsi sebagai penutup kepala, namun sekaligus juga menutupi leher dan dada itu.
Sebagai catatan kecil di bilik ilmu:
Kerudung tidak boleh diikatkan ke belakang (kerudung gaul ala artis dan para Ustdzah di TV). Kerudung harus memfungsikan dirinya sebagai penutup leher dan dada.
-Jilbab Muslimah Perindu Surga-
Lho, apa bedanya Kerudung dan Jilbab, Sih?
Definisi kerudung sudah tertulis di atas, berkenankah Ukhti membacanya?
Sedang Jilbab, ialah: Milfahah (baju kurung yang longgar atau gamis yang tidak tipis/tidak tembus pandang) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Plus dengan kaus kakinya (karena yang boleh tampak hanyalah pesona muka dan telapak lembut jemarinya wanita).
Dalam kamus ash-Shihhah, al Jawhari menyatakan:
”Al jilbabu al milfahatu waqiila al mulaah”
”Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milfahah) yang sering disebut mula’ah (baju kurung/gamis)”
Dari Ibn Abbas ra. Menyatakan:
”Jilbab adalah kain luar yang berfungsi untuk menutupi (pakaian keseharian wanita) dari atas sampai bawah.”
”Janganlah mereka (perempuan beriman/mukminah) menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak pada dirinya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS an Nuur 31)
”Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS Al Ahzab 59)
Dari ’Aisyah ra. Rasullullah saw, mensabdakan,
”Keponakan perempuanku pernah masuk ke ruanganku seraya bersolek. Rasulllah saw. Kemudian masuk pula ke ruanganku sambil berpaling (memalingkan muka). Aku lantas berkata, ”Wahai Rasulullah, ia adalah keponakan perempuanku, dan ia masih kecil.” akan tetapi Rasulullah saw. Bersabda, ”Jika seorang wanita telah mengalami haid, ia tidak boleh menampakkan tubuhnya, kecuali wajah dan ini, ”Beliau berkata demikian sambil menggenggam tangannya dan membiarkan jari-jemarinya saling menggenggam satu sama lain.” (HR Abu Bakar)
Tersimpulkan benang suci hikmah, bahwa:
1. Muslimah, diwajibkan untuk mengenakan kerudung (yang menutupi leher hingga bawah dadanya) dan mengenakan jilbab/milfahah yang menutupi tubuhnya kecuali, wajah dan telapak tangannya. Wajah dan telapak tangan wanita bukanlah aurat, oleh karena itu, seorang wanita boleh keluar menuju pasar (bekerja di kantor) atau berjalan di tempat umum atau menuju tempat mana pun dengan menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya.
2. Muslimah dikenakan taklif (beban hukum) untuk mengenakan jilbab dan kerudung pabila ia telah keluar darah haid/menstruasi (dewasa). Perkara wajib ini pabila ditinggalkan oleh mukminah, ia kelak akan dikenai azab di Akhirat. Lebih berat lagi, setelah ia mengetahui hukum wajib mengenakan jilbab dan kerudung, tapi ia menunda-nunda untuk melaksanakan kewajiban itu. Entah, dengan alasan tempat kerja, tidak nyaman, malu, ingin mengenakannya kalau sudah ber-haji, hanya bercita-cita ’kan mengenakan jilbab kalau sudah taubat (lha emang kamu tahu kapan Malaikat Izrail mengetuk ruhmu??? Lha kalau ia menjemputmu malam ini, bagaimana? Dan kebetulan kamu belum berjilbab dan berkerudung sesuai syar’i? Apa alasanmu kelak di hadapan Allah Azza wa Jalla???
3. Kerudung (khimar) tidak boleh diikat ke belakang, seperti kerudung gaul ala artis dan para ustadzah di TV. Karena kerudung bukan untuk ditebarpesonakan untuk orang. Jika diikat ke belakang leher, lalu apa fungsi mengenakan kerudungnya itu?
4. Bidadari shalihah (mukminah) yang mengenakan jilbab, ia tetap bisa menuntut ilmu (belajar) atau pun bekerja (meraup rizki nan halal) pun meski ia mengenakan kerudung dan jilbab. Tidak ada satu pun ayat dalam AlQur’an yang memaktubkan dan menyebutkan bahwa wanita dengan berkerudung dan berjilbab, tidak boleh bekerja (di kantor), ke pasar (belanja) atau ke kampus, sekolah (belajar).
5. Mengenakan jilbab dan kerudung bukan untuk ber-tabarruj (memamerkan diri) jenis, kain, modelnya. Tapi, berkerudung dan berjilbab adalah untuk mentaati seruan Allah swt.
6. Jilbab dan kerudung tidak boleh tipis (transparan) yang bisa memerlihatkan lekuk dan bentuk tubuh dan kulit mulus wanita.
7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki (sudah jelas jilbab berbeda pengertiannya dengan pakaian lakilaki)
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw mensabdakan:
”Rasulullah saw. Melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR Abu Dawud)
Dari Abdullah Ibn Amru, Rasulullah saw. Bertutur:
”Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupai wanita.” (HR Ahmad)
8. Tidak berwarna mencolok (misal, merah cerah/menyala) yang bisa menarik perhatian laki-laki atau orang.
9. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
Ali ra, berkata:
”Janganlah kalian memakai pakaian para pendeta, karena barangsiapa mengenakan pakaian mereka atau menyerupakan diri dengan mereka, bukan dari golonganku.” (At Thabrani)
10. Dipakai bukan untuk memamerkan diri (riya’). Niat bersih mengenakan jilbab dan kerudung, hanya karena Allah semata dan untuk meraup langit ridhaNya.
11. Tidak diperkenankan dilumuri wewangian (parfum).
Dari Abu Hurairah,
”Bahwasannya seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian menerpanya. Maka Abu Hurairah berkata: ”Wahai hamba Allah! Apakah kamu hendak ke masjid?” ia menjawab: ”YA!” Abu Hurairah kemudian berkata lagi: ”Pulanglah, lalu mandilah karena sesungguhnya aku telah mendengar rasulullah saw. Bersabda: Jika wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangiannya mengembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi (baru kemudian shalat ke masjid).” (HR Al Baihaqi)
Dari Abu Musa Al Asy’ari, Rasulullah saw. Mensabda:
”Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.”
(HR an Nasai)
Tentu saja hadits ini bukan untuk pembenaran, bahwa kaum wanita tidak boleh melumuri tubuh dan pakaiannya, berias diri dan mewangikan tubuhnya. Seruan hukumNya ini adalah khusus untuk mukminah yang keluar dari rumah (kerja, belajar, shopping). Pun ia masih bisa mengenakan deodoran (yang tak berbau/berbau netral) untuk menghilangkan aroma keringatnya. Larangan melumuri wewangian ini biasanya dipelintir oleh kaum aktivis jender untuk menyerang Islam, mereka berteriak-teriak dengan muka gila, bahwa Islam itu jorok, Islam itu tak memerhatikan kebersihan wanita. Islam itu terlalu kolot.
Dalam kehidupan khusus (di rumah) mukminah malahan di anjurkan untuk merias dirinya secantik bidadari, memakai wewangian terharum yang dipunyai, berlulur, mandi susu, mandi madu, asal tidak mandi arak saja he-he-he. Bersoleklah sekelas dan semolek Dian Sastrowardoyo, seanggun Luna Maya, selincah Sandra Dewi dll. Tapi, ini hanya ’terkhusus’ dan ’tersembahkan’ untuk sang suami tercintah, agar kuncup cinta di antara suami isteri selalu merekah dan menyemi dengan kecupan barakahNya. Nah, Islam itu indah, bukan??
Sedangkan wewangian untuk pria. Hukumnya sunnah, karena ini mengikuti perilaku Nabi saw. yang menyukai wewangian. Sebagai catatan, parfumnya tidak boleh atau ’diharamkan’ mengandung alkohol. Jangan jadikan ini sebagai alasan perbedaan hukum, jender, bahwa Islam itu tak adil (diskriminatif).
Dari Anas ra. Rasulullah mensabda:
”Rasulullah saw. Bersabda, ’Inilah antara kesenangan-kesenangan duniawi yang saya sukai, yaitu wanita dan wangi-wangian, sedangkan ketenanganku terletak pada kala mengerjakan shalat.”
(HR Ahmad dan an Nasai)
Dari Abu Sai’d ra.
”Nabi saw. Memberikan komentar mengenai minyak wangi kesturi. Kata beliau’ Ia adalah wangi-wangian yang terbaik.”
(HR Jama’ah kecuali Bukhari dan Ibnu Majah)
12.Bukan untuk mencari popularitas (libas Syuhroh). Memakai jilbab bukan untuk mencari rizki, atau supaya terkenal dengan pakaian berbeda. Tapi, ini sematalah sebentuk cintamu untuk taat perintahNya.
Kenapa sih engkau harus mengenakan Jilbab?
1. Untuk meredam daya tarik tubuh wanita yang memang luarbiasa memesona pria.
2. Jilbab dan kerudung adalah resep sederhana dan untuk mengangkat derajat wanita menjadi permata mulia di mata Allah.
”Hendaklah kamu mengulurkan jilbabmu ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu…” (QS Al Ahzab 59)
3. Simbol penghambaan diri sosok muslimah kepada Allah swt (pantulan cermin takwa dan iman).
4. Menjagai hal-hal yang tidak diinginkan (pelecehan seksual, pemerkosaan) lirikan para pria bermata binal.
5. Sebagai pembeda antara Muslimah dan wanita kafir.
Sebagai Catatan Pengukuh Jiwa:
Jilbab dan kerudung hanya dikenakan di dalam kehidupan umum (interaksi sosial di luar rumah) seperti kala mau ke kantor (bekerja), ke kampus, sekolah (belajar) belanja atau shopping (muamalah).
Sedang dalam kehidupan khusus (di dalam rumah) wanita muslimah hanya dikenai kewajiban untuk menutup aurat, ada ketentuan bahwa, seorang wanita hidup bersama wanita atau bersama laki-laki mahram-nya (yang haram dinikahi), wanita ini terboleh untuk menampakkan bagian anggota tubuh di tempat melekatnya perhiasan.
Sebagai Cermin nan Membiaskan Seberkas Cahaya Iman:
Inilah keindahan pesona Islam…
Islam tak pernah memasung wanita di gubuk derita dan derai kesunyian seperti ujaran kaum feminis Barat (Fatimah Mernisi, Aminah Wadud) dan juga para pengasongnya di Indonesia (aktivis jender, Siti Musdah Mulia, Sinta Nuriyah Wahid, Djenar Maesa Ayu) yang mencobai menjauhkan kaum muslimah jauh dari ajaran Islamnya nan sempurna dan paripurna.
Mereka (aktivis jender) dengan dalil-dalil akalnya adalah sesosok ’berwajah, berotak setan’ namun berujud manusia, yang mencoba merusak pemikiran muslimah, karena mereka tahu dalam Islam, muslimah adalah:
”Laksana sebuah tiang negeri!”
Hm, sungguh gelar yang begitu terhormat dan terindah bagi wanita.
Ehm, sungguh mulia-lah para wanita di hadapan Islam.
Jika ingin melihat negeri itu barakah, lihatlah wanitanya. Apabila wanitanya baik (taat perintah Allah) memakai jilbab dan kerudung, patuh kepada suami, mencari rizki nan halal maka, baiklah negeri itu, full barakahlah sebuah negeri itu.
Tapi, manakala wanitanya telah rusak, suka minum bir, tequilla, margarita cokctail, kala malam istiqomah dugem di cafe, Night Club, pacaran menjadi kebiasaan (pergaulan bebas) lihatlah kerusakan dan tunggulah saja azab (murka) Allah akan menimpa dan turun ke negeri itu dengan membadai melalui tangan KuasaNya, seperti, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir. Itulah peringatan (ayat-ayat langitNya) agar manusia kembali ke fithrah aslinya (iman).
-Agar Engkau Ingat dengan Janji Rindumu Dulu-
Inilah sumpah rindusetia-mu:
Kutuliskan pabila engkau lupa atau melupainya:
“Dan ingatlah manakala Tuhanmu mengeluarkan anak cucu Adam dari tulang-tulang belakang mereka, dan dijadikan-Nya mereka saksi atas diri-diri mereka: “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Mereka berkata:”Betul, kami menyaksikan”. (Al A’raf 172)
Seiring berputarnya sang waktu, engkau pun lupa atau entah melupa,
Akan janji rindu dan sumpah setia kepada-Nya
Hingga lisan indah Rasullah saw. mensabdakan: Dari Ibnu Abbas r.a., “Sesungguhnya manusia disebut insan,
karena ia telah berjanji kepada-Nya lalu ia lupa (nasiya).”
Sahabatkufillah, sang Bidadari Shalihah!
Berkenankah engkau, pabila engkau terlupa dengan janji rindu setiamu dulu, kini engkau memerbaiki diri, kembali menata janji hati, tuk mengecup ridha Ilahi???
“Tak ada kata terlambat pabila jantung masih berdetak,
nafas masih terembus
dan nadi masih mendenyut-denyut.
Usapilah karat dosa dengan derai airmata taubat nasuha
(taubat sesungguhnya)
Sungguh, pintu maafNya, lebih luas dari langit dan bumiNya
Pun meski dosa manusia laksana buih-buih di lautan.”
“Ehem, nasi belumlah menjadi bubur,
tanaklah ia dengan keimanan,
hiasilah dengan garnish ketakwaan
masaklah dengan api ketawadhu-an
dan bumbuilah ia dengan:
kelezatan pesona JILBAB dan KERUDUNGMU”
Inilah pinta doaku,
Sosok sahabatmu
Yang namanya tak pernah terlukis di benakmu
Tak terbayang dalam imajimu
Tak terukir di keping hatimu
Tapi, ia ada, ia sungguh ada
Ia selalu menjagaimu
”Karena ia cinta kepada saudarinya”
Begitulah, sebentuk cinta sesama muslim
Bukan cinta semu di ranah imaji belaka
Hanya satu pinta, hanya satu, Kok
Berkenankah engkau meluluskannya???
”Ukhti! Menjadilah Bidadari Shalihah
dengan pesona kerudung dan jilbabmu!”
”Sebagai Pengingat, bahwa
’Bidadari begitu Cemburu’ Padamu!
Agar engkau dinaungi Semangat”
Terkesankan dan bergemetargemuruhlah dinding jiwaku, kala kusesap dan kuteguki sebuah hadits indah dari Ummu Salamah radhiyallahu anha;
Berkenankah engkau membacanya, meresapinya???
”Saya bertanya, Duhai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?
Lisan suci dan agung itupun bertutur menjawab,”Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya,”Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab,”Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata,’Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya’.” (Hr. Ath-Thabrani)
Aha!
Sungguh membahagialah sang Bidadari dunia itu.
Kamu termasuk kah???..
Sungguh tercemburuilah bidadari tujuh lapis langit-Nya untukmu.
”Sesapan Madu di Akhir Perjamuan”
Tulisan ini bukanlah termaksud untuk mengadili,
atau menjustifikasi siapa pun.
Tulisan ini hanyalah sebuah cermin jiwa,
ia akan memantul pabila hati telah tersentuh oleh semilir sepoi angin Rahman-Nya
dan selembut hangat kecupan Rahim-Nya.
Ia kan menyentuh jiwa para perindu Rabb-nya
Ia kan memantul dengan pesona baru: Bidadari Shalihah
Tulisan ini hanyalah sebagai alarm pengingat,
bahwa nafas manusia ada keterbatasan,
dan manusia mana pun tak kan tahu kapan jemputan maut (malaikat Izrail) itu akan mengetuk pintu rumahmu (mencabut ruhmu).
Persiapkanlah hari abadi itu dengan amalan dan bekal,
seluas samudra
setinggi gunung Himalaya,
agar kita kelak selamat
dan menikmati secawan madu segar murni nikmat
di Taman FirdausNya nan abadi dan melezat
Pun jika, engkau kelak mengenakan kerudung dan jilbab
Itu bukanlah terkarenakan oleh tulisan ini
Tapi, ada sepercik cahayawi hidayah imaniNya
Yang meluruh turun ke bumi
Menyirami bumi fithrahmu
Menyemaikan kuncup bunga cintamu untukNya
Waallahu a’lam bi ash- shawab
(hanya Allah sajalah nan mahatahu dan mahabenar)
Allaahu Muwaffiq
(hanya Allah sajalah nan mahamemberi petunjuk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar